TUGAS
KELOMPOK
ANALISIS
KEBUTUHAN PEMBELAJARAN
(Sebagai
salah satu syarat menempuh mata Desain Pembelajaran diampu :
Rosida Rahmawati S.Pd, M.Pd )
Oleh : Kelompok 4
Siti
Umaisyaroh (
12310007 )
Frestin
Rosdian Putri (
12310009 )
Fitri
Dwi Setyaningsih (
12310024 )
Meftarul
Anwar (
12310028 )
Ratna
Sari ( 12310036 )
Pendidikan Matematika
Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Metro
Oktober 2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat-Nya maka tugas
mata kuliah Pendidikan Pancasila yang membahas tentang “Analisis Kebutuhan Pembelajaran” ini dapat diselesaikan tepat pada
waktunya.
Dalam menyelesaikan makalah ini
penyusun banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak, oleh sebab itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Allah
SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalam menyusun makalah ini.
2. Ibu
Rosida Rahmawati S.Pd, M.Pd,selaku dosen mata kuliah Desain Pembelajaran.
3. Kedua
orang tua yang telah mendukung dan memberi semangat untuk menyelesaikan makalah
ini.
4. Serta
teman-teman yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Kami
menyadari masih banyak kekurangan yang mungkin terdapat dalam makalah ini. Maka kami mengharapkan kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca pada umumnya, guna terciptanya makalah yang
lebih baik lagi pada pembuatan makalah yang akan datang. Kurang dan lebihnya
kami sampaikan terima kasih.
Metro, Oktober 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL............................................................................. i
KATA
PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR
ISI....................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah..................................................................... 2
C. Tujuan
Penulisan....................................................................... 3
BAB
II PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kebutuhan Belajar................................................... 3
B. Model
Pengukuran Kebutuhan Belajar..................................... 5
C. Menganalisis
Kebutuhan Belajar............................................. 11
D. Melakukan
Analisis Kebutuhan.............................................. 12
E. Strategi
Penilaian Kebutuhan.................................................. 12
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan.............................................................................. 15
B. Saran........................................................................................ 15
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Dalam
melaksanakan proses belajar mengajar terlebih dahulu akan ditanyakan kenapa
manusia itu melakukan proses pembelajaran? Hal ini berkaitan dengan tujuan dari
orang atau manusia itu dalam mengikuti proses pembelajaran. Adapun dengan kata
lain tujuan disini adalah sebuah kebutuhan manusia yang secara lahiriah maupun
batiniah itu harus tercapai. Dalam proses pembelajaran manusia juga memiliki
kebutuhan agar dalam proses pembelajaran berjalan dengan baik dan sesuai dengan
rencana.
Tujuan
manusia belajar tentunya adalah untuk menjadi lebih baik, sehingga kelak ilmu
yang mereka peroleh melalui proses belajar dan mengajar dapat diterapkan dalam
kehidupannya. Demi mencapai tujuan tersebut, maka sebelum memulai proses
belajar seoarng pendidik perlu mengadakan identifikasi terlebih dahulu terhadap
kebutuhan masing-masing peserta didiknya, baik itu secara individual ataupun
kelompok, agar apa yang disampaikan oleh pendidik dalam proses pembelajaran
dapat diterima dengan baik oleh peserta didiknya serta tercapai tujuan yang
telah direncanakan.
Persoalan
yang dihadapi sekarang ialah apakah kebutuhan belajar itu?, Mengapa kebutuhan
itu harus diidentifikasi?, dan bagaimana mengidentifikasinya?, Kebutuhan
belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang diinginkan
dan kondisi atau keadaan belajar yang sebenarnya. Kebutuhan setiap manusia di
dalam kondisi yang dialaminya bermacam-macam. Kebutuhan-kebutuhan itu perlu
diidentifikasi untuk menentukan kebutuhan mana yang paling potensial dari segi
kemanfaatan dan pemenuhannya.
2.
Rumusan masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan kebutuhan?
2.
Bagaimana model-model kebutuhan belajar?
3. Bagaimana menganalisis kebutuhan pembelajaran?
3.
Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian
kebutuhan belajar.
2. Untuk mengetahui model-model
kebutuhan belajar.
3. Untuk mengetahui cara menganalisis
kebutuhan pembelajaran.
BAB
II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Kebutuhan Belajar
Kebutuhan
adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh manusia untuk kehidupannya, demi mencapai
suatu hasil (tujuan) yang lebih baik. Belajar adalah suatu proses perubahan
kearah yang lebih baik, yang mengubah seseorang yang tidak tahu menjadi tahu,
yang tidak baik menjadi baik, yang tidak pantas menjadi pantas, dll. Kebutuhan
belajar pada dasarnya menggambarkan jarak antara tujuan belajar yang diinginkan
dan kondisi yang sebenarnya. Jadi pengertian Identifikasi kebutuhan belajar
adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk meneliti dan menemukan hal-hal
yang diperlukan dalam belajar dan hal-hal yang dapat membantu tercapainya
tujuan belajar itu sendiri, baik itu proses belajar yang berlangsung di
lingkungan keluarga (informal), sekolah (formal), maupun masyarakat
(non-formal).
Pada
tahap pengidentifikasian kebutuhan belajar ini, sebaiknya guru melibatkan
peserta didik untuk mengenali, menyatakan dan merumuskan kebutuhan belajar,
sumber-sumber yang tersedia dan hambatan yang mungkin dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar. Identifikasi kebutuhan belajar
bertujuan antara lain untuk melibatkan dan memotivasi peserta didik agar
kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian dari kehidupan dan mereka merasa
memilikinya. Hal ini dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Peserta didik didorong untuk
menyatakan kebutuhan belajar berupa kompetensi tertentu yang ingin mereka
miliki dan diperoleh melalui kegiatan pembelajaran.
b. Peserta didik didorong untuk
mengenali dan mendayagunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk memenuhi
kebutuhan belajar.
c. Peserta didik dibantu untuk mengenali
dan menyatakan kemungkinan adanya hambatan dalam upaya memenuhi kebutuhan
belajar, baik yang datang dari dalam maupun dari luar
Kebutuhan
belajar itu beragam hingga setiap orang cenderung memiliki kebutuhan belajar
yang berbeda. Dalam satu kelompok yang memiliki sepuluh orang anggota mungkin
akan terdapat lebih dari sepuluh macam kebutuhan belajar setiap anggotanya
anggotanya. Kebutuhan yang dirasakan oleh seseorangpun mungkin akan berbeda
apabila ruang dan waktu pun berbeda. Kebutuhan belajar yang dirasakan oleh
seseorang yang berada didaerah pedesaan mungkin akan berbeda dengan kebutuhan
belajar yang dirasakan apabila orang tersebut tinggal di kota. Kebutuhan
belajar yang dirasakan tahun lalu mungkin akan berbeda pula dengan kebutuhan
belajar yang akan dirasakan pada tahun mendatang. Apabila suatu kebutuhan
belajar telah terpenuhi, akan muncul kebutuhan belajar lainnya yang harus dipenuhi
melalui kegiatan belajar. Kebutuhan belajar perlu
diidentifikasi melalui pendekatan perorangan. Identifikasi ini dilakukan dengan
menggunakan instrumen yang cocok sehingga dapat mengungkap informasi yang
dinyatakan oleh setiap individu yang merasakan kebutuhan belajar. Instrumen itu
antara lain adalah wawancara, angket, dan kartu atau dokumen. Kebutuhan belajar yang dirasakan
sama oleh setiap individu dalam suatu kelompok disebut kebutuhan belajar
kelompok. Kebutuhan belajar kelompok ini pada umumnya daat dipenuhi melalui
kegiatan belajar bersama atau kegiatan belajar kelompok. Wadah kegiatan belajar
bersama dalam suatu kelompok itu disebut kelompok belajar. Kelompok belajar
bertujuan untuk terjadinya proses belajar yang didasarkan atas kebutuhan
belajar yang telah diidentifikasi sebelumnya. Dengan kata lain bahwa hasil
identifikasi kebutuhan bahan belajar itu dijadikan bahan masukan dalam
penyusunan kurikulum atau program belajar. Kurikulum ini dapat meliputi antara
lain pengetahuan keterampilan, dan/atau sikap yang akan dipelajari dalam
kelompok belajar. Kebutuhan belajar dapat disusun kedalam berbagai golongan.
Beberapa pakar pendidikn dan peneliti kebutuhan belajar yang dikemukakan
dibawah ini dibuat oleh Johnstone dan rivera (1965) dalam buku “Volunteers of
Learning” yakni :
a. Kebutuhan belajar yang berkaitan
dengan tugas pekerjaan
b. Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan
kegemaran dan rekreasi
c.
Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan keagamaan
d.
Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan penguasaan bahasa
dan pengetahuan umum
e. Kebutuhan belajar yang berkaitan
dengan kerumahtanggaan
f.
Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan penampilan diri
g.
Kebutuhan belajar yang berhubungan dengan pengetahuan
peristiwa baru
h. Kebutuhan belajar yang berhubungan
dengan usaha dibidang pertanian
i.
Kebutuhan belajar yang berkaitan dengan pelayanan jasa
2.
Model Pengukuran Kebutuhan Belajar
Model
pengukuran kebutuhan belajar merupakan bentuk pengukuran terhadap hal-hal yang
harus ada dan dibutuhkan dalam kegiatan belajar, yang disajikan oleh pendidik
(guru) dan disesuaikan dengan program pembelajaran yang dilakukan. Terdapat
tiga (3) model pengukuran dalam mengidentifikasi kebutuhan belajar, yaitu model
induktif, model deduktif dan model klasik (Koufman, 1972).
1. Model Induktif
Pendekatan
yang digunakan dalam model Induktif menekankan pada usaha yang dilakukan dari
pihak yang terdekat, langsung, dan bagian-bagian ke arah pihak yang luas, dan
menyeluruh. Oleh karena itu, melalui pendekatan ini diusahakan secara langsung
pada kemampuan yang telah dimiliki setiap peserta didik, kemudian
membandingkannya dengan kemampuan yang diharapkan atau harus dimiliki sesuai
dengan tuntutan yang datang kepada dirinya. Model ini digunakan untuk
mengidentifikasi jenis kebutuhan belajar yang bersifat kebutuhan terasa (felt
needs) atau kebutuhan belajar dalam pendidikan yang dirasakan langsung oleh
peserta didik. Pelaksanaan identifikasinya pun harus dilakukan secara langsung
kepada peserta didik itu sendiri.
Model
Induktif ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu: 1). dapat diperoleh informasi
yang langsung, 2). tepat mengenai jenis kebutuhan Peserta didik, sehingga
memudahkan kepada guru (pendidik) untuk memilih materi belajar yang sesuai
dengan kebutuhan tersebut. Namun, kelemahannya pun ada, yaitu; dalam menetapkan
materi pendidikan yang bersifat menyeluruh, dan umum untuk peserta didik yang
banyak dan luas akan membutuhkan waktu, dana, dan tenaga yang banyak. Karena
setiap peserta didik yang mempunyai kecenderungan ingin atau harus belajar
dimintai informasinya mengenai kebutuhan belajar yang mereka inginkan.
Pelaksanaan
pengukuran (assessment) kemampuan yang telah dimiliki calon peserta pelatihan
disesuaikan dengan kondisi calon itu sendiri. Apabila calon sudah bisa membaca
dan menulis, maka identifikasi dapat dilakukan melalui kegiatan pemberian
angket, atau juga bisa melalui wawancara, dengan pokok-pokok pertanyaan diantaranya
(contoh) : Kemampuan apa yang diinginkan untuk dipelajari pada kesempatan
sekarang? atau Ingin belajar apa sekarang? Juga dapat dilakukan melalui
pengajuan daftar isian atau kartu kebutuhan belajar. Calon peserta menjawab dan
mengisi kuesioner pada bagian yang sudah disediakan. Begitu pula, apabila
peserta pelatihan diberi kartu Kebutuhan Belajar, maka peserta pelatihan
(sasaran) tinggal menuliskan jenis kemampuan yang ingin dipelajarinya pada
kartu, yang telah disediakan.
Setelah
memperoleh sejumlah kebutuhan belajar baik dari satu atau beberapa peserta,
maka pendidik perlu menetapkan prioritas kebutuhan belajar. Penetapan prioritas
ini dapat dilakukan pendidik bersama-sama peserta didik atau dilakukannya
sendiri, yang kemudian diinformasikan lebih lanjut kepada peserta yang
didasarkan kepada hasil jenis kebutuhan belajar yang diperoleh. Teknik yang
digunakan untuk penetapan ini dapat dilakukan melalui diskusi, atau curah.
pendapat, atau pasar data. Pengajuan prioritas dari setiap peserta pelatihan dibarengi
dengan alasan-alasannya. Namun demikian, pada akhirnya penetapan prioritas ini
perlu disesuaikan dengan berbagai macam kemungkinan dari segi bahan belajar,
sumber belajar, waktu, serta sarana penunjang lainnya. Apabila pendidik sudah
memperoleh penetapan prioritas, maka pendidik bertugas untuk mengembangkan
materi pembelajaran, serta menyelenggarakan proses belajar.
2. Model Deduktif
Pendekatan
pada model ini dilakukan secara deduktif, dalam, pengertian bahwa identifikasi
kebutuhan pembelajaran dilakukan secara umum, dengan sasaran yang luas. Apabila
akan menetapkan kebutuhan belajar untuk peserta didik yang memiliki
karakteristik yang sama, maka pelaksanaan identifikasinya dilakukan pengajuan
pertimbangan kepada semua peserta didik (sasaran). Hasil identifikasi diduga
dibutuhkan untuk keseluruhan peserta didik (sasaran) yang mempunyai ciri-ciri
yang sama. Hasil identifikasi macam ini digunakan dalam menyusun materi belajar
yang bersifat universal. Hal ini sebagaimana telah dilakukan dalam menetapkan kebutuhan
belajar minimal untuk peserta didik dengan sasaran tertentu seperti melihat
latar belakang pendidikan, usia, atau jabatan dll. Kemudian dikembangkan ke
proses belajar dalam pembelajaran yang lebih khusus.
Keuntungan
dari tipe ini adalah bahwa hasil identifikasi dapat diperoleh dari sasaran yang
luas, sehingga ada kecenderungan penyelesaiannya menggunakan harga yang murah,
dan relatif lebih efesien dibanding dengan tipe induktif, karena informasi
kebutuhan belajar yang diperoleh dapat digunakan untuk penyelenggaraan proses
belajar dalam pelatihan secara umum. Namun demikian, model ini mempunyai
kelemahan dari segi efektifitasnya, karena belum tentu semua peserta didik
(sasaran) diduga memiliki karakteristik yang sama akan memanfaatkan, dan
membutuhkan hasil identifikasi tersebut. Hal ini didasarkan atas kenyataan
bahwa keanekaragaman peserta didik cenderung memiliki minat dan kebutuhan
belajar yang berbeda.
Kebutuhan
belajar hasil identifikasi model deduktif termasuk jenis kebutuhan terduga
(expected needs), dalam pengertian bahwa peserta didik pada umumnya diduga
membutuhkan jenis kebutuhan belajar tersebut. Hal menarik bahwa, pernyataan
jenis kebutuhan bisa tidak diungkapkan oleh diri peserta didik secara langsung,
akan tetapi oleh pihak lain yang diduga memahami tentang kondisi peserta didik.
Oleh karena itu, mengapa banyak terjadi "Drop out dalam
pembelajaran", atau kebosanan belajar, tidak adanya motivasi, malas,
karena ada kecenderungan bahan belajar yang dipelajarinya dalam pembelajaran
kurang sesuai dengan kebutuhan belajar yang dirasakannya.
Identifikasi
pada model ini dilakukan secara universal kepada tiga pihak sasaran, yaitu:
·
Keluarga peserta pelatihan atau anggota masyarakat lain yang
berkepentingan dengan pendidikan.
·
Pelaksana dan Pengelola Pelatihan: Kepala, penyelenggara,
pelatih (tutor) dll. Sasaran ini memiliki pengalaman tentang wujud
penyelenggaraan pelatihan yang telah diselenggarakan serta berbagai hal yang
berkaitan dengan aspek-aspek kegiatan belajar.
·
Peserta pelatihan, untuk setiap jenis materi pembelajaran
yang akan dikembangkan di kelas, sasaran ini ditetapkan untuk mencocokan
keinginan dan kemampuan pelatih (tutor) dalam mengembangkan proses dan materi
pembelajaran.
Pelaksanaan
identifikasi kebutuhan pelatihan(kebutuhan belajar) pada model deduktif ini
dimulai dari identifikasi kepada kedua pihak (keluarga, orang tua, dan
pengelola pelatihan) kemudian penetapan keputusannya disesuaikan dengan jenis
kebutuhan pelatihan yang diharapkan oleh peserta. Teknik yang digunakan dalam
kegiatan identifikasi kebutuhan model ini adalah kuesioner, dan inventori yang
disampaikan kepada ketiga pihak di atas, yang intinya menanyakan atau menyusun
daftar jenis-jenis kebutuhan belajar yang diduga diperlukan untuk peserta.
3. Model Klasik
Model
klasik ini ditujukan untuk menyesuaikan bahan belajar yang telah ditetapkan
dalam kurikulum atau program belajar dengan kebutuhan belajar yang dirasakan
peserta (sasaran). Berbeda dengan model yang pertama, pada model ini pendidik
telah memiliki pedoman yang berupa kurikulum, misalnya; Kurikulum pelatihan
prajabatan, kurikulum pelatihan kepemimpinan, satuan pelajaran dalam pelatihan,
modul, hand-out dll. Identifikasi kebutuhan belajar dilakukan secara terbuka
dan langsung kepada peserta didik (sasaran) yang sudah ada di kelas. Pendidik
mengidentifikasi kesenjangan di antara kemampuan yang telah dimiliki peserta
didik dengan bahan belajar yang akan dipelajari. Tujuan dari model klasik ini
adalah untuk mendekatkan kemampuan yang telah dimiliki dengan kemampuan yang akan
dipelajari, sehingga peserta pelatihan didik tidak akan memperoleh kesenjangan
dan kesulitan dalam mempelajari bahan belajar yang baru. Keuntungan dari model
ini adalah untuk memudahkan peserta didik dalam mempelajari bahan belajar, di
samping kemampuan yang telah dimiliki akan menjadi modal untuk memahami bahan
belajar yang baru. Kelemahannya adalah bagi peserta didik yang terlalu jauh
kemampuan dasarnya dengan bahan belajar yang akan dipelajari menuntut untuk
mempelajari terlebih dahulu kesenjangan kemampuan tersebut, sehingga dalam
mempelajari kebutuhan belajar yang diharapkannya membutuhkan waktu yang lama.
Kegiatan
identifikasi kebutuhan belajar model klasik ini dilakukan pendidik kepada
peserta didik, dengan cara pemberian tes, wawancara, atau kartu kebutuhan
belajar, untuk menetapkan kemampuan awal peserta (entry behavior level).
Selanjutnya, kemampuan awal tersebut dibandingkan dengan susunan pengetahuan
yang terdapat dalam materi (modul, satpel dll) yang sudah ada. Apabila pendidik
memperoleh hasil bahwa kemampuan peserta didik di bawah batas awal bahan
belajar yang terdapat pada program belajar, maka peserta didik perlu memberikan
supplement terlebih dahulu, sampai mendekati batas bahan pelatihan yang akan
dipelajari. Namun, apabila pendidik memperoleh hasil bahwa kemampuan awal sudah
berada pada pokok bahasan yang ada pada program, maka peserta pembelajaran
bertugas untuk menetapkan strategi belajar dalam pelatihan yang tepat untuk
membelajarkan peserta dari pokok bahasan pertama. Penetapan metode belajar ini
ditujukan untuk menghilangkan kebosanan pada diri peserta.
3.
Menganalisis Kebutuhan Pembelajaran
Morrison
(2001: 27) membagi fungsi analisa kebutuhan sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi kebutuhan yang
relevan dengan pekerjaan atau tugas sekarang yaitu masalah apa yang
mempengaruhi hasil pembelajaran.
b. Mengidentifikasi kebutuhan mendesak
yang terkait dengan finansial, keamanan atau masalah lain yang menggangu
pekerjaan atau lingkungan pendidikan
c. Menyajikan prioritas-prioritas untuk
memilih tindakan.
d. Memberikan data
basis untuk menganalisa efektifitas pembelajaran.
Ada enam macam kebutuhan yang biasa digunakan untuk
merencanakan dan mengadakan analisa kebutuhan (Morrison, 2001: 28-30):
a. Kebutuhan
Normatif, Membandingkan peserta didik dengan standar nasional, misal, Ebtanas,
UMPTN, dan sebagainya.
b. Kebutuhan
Komperatif, membandingkan peserta didik pada satu kelompok dengan kelompok lain
yang selevel. Misal, hasil Ebtanas SLTP A dengan SLTP B.
c. Kebutuhan yang
dirasakan, yaitu hasrat atau kinginan yang dimiliki masing-masing peserta didik
yang perlu ditingkatkan. Kebutuhan ini menunjukan kesenjangan antara tingkat
ketrampilan/kenyataan yang nampak dengan yang dirasakan. Cara terbaik untuk
mengidentifikasi kebutuhan ini dengan cara interview.
d. Kebutuhan yang
diekspresikan, yaitu kebutuhan yang dirasakan seseorang mampu diekspresikan
dalam tindakan. Misal, siswa yang mendaftar sebuah kursus.
e. Kebutuhan Masa
Depan, Yaitu mengidentifikasi perubahan-perubahan yang akan terjadi dimasa
mendatang. Misal, penerapan teknik pembelajaran yang baru, dan sebagainya.
f. Kebutuhan
Insidentil yang mendesak, yaitu faktor negatif yang muncul di luar dugaan yang
sangat berpengaruh. Misal, bencana nuklir, kesalahan medis, bencana alam, dan
sebagainya.
4.
Melakukan Analisis Kebutuhan
Ada empat tahap dalam melakukan analisa kebutuhan yakni
perencanaan, pengumpulan data, analisa data dan menyiapkan laporan akhir.
Perencanaan : yang perlu
dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan terlibat dalam kegiatan
dan cara pengumpulannya. (Morrison, 2001 : 32)
Pengumpulan data : perlu
mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam penyebarannya (distribusi)
(Morrison,2001 : 33).
Analisa data : setelah data
terkumpul kemudian data dianalisis dengan pertimbangan : ekonomi, rangking,
frequensi dan kebutuhan.
Membuat laporan akhir : dalam sebuah
laporan analisa kebutuhan mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa
proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang
terkait dengan data. (Morrison, 2001: 33-34).
5.
Strategi Penilaian Kebutuhan
Untuk memahami suatu kebutuhan termasuk masalah atau
perlu penilaian terlebih dahulu terhadap kebutuhan yang teridentifikasi yang
disebut need assessment. Rasset menekankan pentingnya
pengumpulan informasi tentang penilaian kebutuhan secara langsung dari siswa
baik orang dewasa maupun siswa umum. la mengidentifikasi lima tipe pertanyaan
yang berbeda-beda kelima pertanyaan tersebut:
1. Tipe pertanyaan untuk mengidentifikasi masalah siswa
atau ‘leaner’ tentang seperti masalah yang sedang dihadapi.
2. Tipe pertanyaan yang menanyakan kepada siswa untuk
mengungkapkan prioritas-prioritas diantara ketrampilan-ketrampilan yang mungkin
dapat dimasukkan dalam pelajaran. Contoh : ketrampilan apa yang dibutuhkan ?
3. Tipe pertanyaan yang meminta kepada siswa untuk mendemonstrasikan
ketrampilan tertentu. Contoh : tulislah pertanyaan dengan kalimat yang pendek
4. Tipe pertanyaan mencoba untuk mengungkapkan perasaan
dan kesan siswa tentang suatu pelajaran tertentu. Contoh : apa yang menarik
dari pelajaran tersebut ?
5. Tipe pertanyaan yang memberikan kepada siswa untuk
menentukan pemecahan sendiri secara baik. Contoh : apa yang paling baik
dilakukan untuk ... ?
Atwi Suparman (2001 : 65-72) ada 8 langkah dalam
mengidentifikasi kebutuhan pembelajaran sebagai berikut:
Langkah 1
Mengidentifikasi kesenjangan hasil prestasi saat ini
dengan yang diidealkan. Untuk memperoleh data tersebut menggunakan cara ;
membaca laporan tertulis observasi, wawancara, angket dan dokumen.
Langkah 2
Sebelum mengambil tindakan pemecahan masalah, kesenjangan
tersebut harus dinilai terlebih dahulu dari segi:
- Tingkat
signifikasi pengaruhnya.
- Luas ruang
lingkup.
- Pentingnya
peranan kesenjangan terhadap masa depan lembaga atau program.
Langkah 3
Yang dilakukan dalam langkah ini:
a. Menganalisis
kemungkinan penyebab kesenjangan melalui observasi,wawancara, analisa logis.
b. Memisahkan
kemungkinan penyebab yang tidak berasal dari kekurangan pengetahuan,
ketrampilan dan sikap untuk diserahkan penyelesaiannya kepada pihak lain.
c. Mengelompokkan
kemungkinan penyebab yang berasal dari kekurangan pengetahuan ketrampilan dan
sikap tertentu untuk diteruskan ke langkah 4.
Langkah 4
Menginterview siswa untuk memisahkan antara yang sudah
pernah dan yang belum memperoleh pendidikan, bagi yang sudah berpendidikan
melanjutkan ke-langkah 5 dan bagi yang belum meneruskan ke-langkah 8.
Langkah 5
Bagi peserta yang sudah berpendidikan pada langkah ini
dikelompokkan lagi mejadi peserta yang sering mengikuti pendidikan menuju
ke-langkah 6 dan jarang mengikuti pendidikan melanjutkan ke-langkah 7.
Langkah 6
Kelompok yang sudah sering mendapat pendidikan diberi
umpan balik atas kekurangannya dan diminta untuk mempraktekkan kembali sampai
dapat melakukan tugasnya seperti yang diinginkan.
Langkah 7
Bagi kelompok yang masih jarang mengikuti pendidikan
diberi kesempatan lebih banyak untuk berlatih kembali, ini perlu disupervisi
dari dekat agar mencapai hasil yang diinginkan.
Langkah 8
Untuk kelompok peserta yang belum pernah memperoleh
pendidikan perlu dibuatkan intruksional yang mencakup pengetahuan dan
ketrampilan yang diperlukan untuk diketahui peserta.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebagai
pengajar Identifikasi kebutuhan belajar bertujuan antara lain untuk melibatkan
dan memotivasi peserta didik agar kegiatan belajar dirasakan sebagai bagian
dari kehidupan dan mereka merasa memilikinya
B.
Saran
Dalam
menghadapi berbagai macam peserta didik yang memiliki kebutuhan dalam
pembelajaran yang berbeda–beda, maka sebaiknya pihak pengajar mempersiapkan atau melakukan identifikasi terlebih
dahulu terhadap peserta didik agar nantinya pembelajaran dapat berlangsung
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Gafur, Abdul.1980. Desain
Instruksional.Solo: Tiga Serangkai.
Haris.2011.Identifikasi Kebutuhan Pembelajaran. (
online ) http://harisnst333.blogspot.com/2011/09/identifikasi-kebutuhan-pembelajaran.html.
Suparman, Atwi dan Purwanto. 1997. Analisis Pembelajaran. Jakarta: Depdikbud.
What is a Make Money Bet? - Work-to-Earn Money
BalasHapusA simple mathematical equation can be หาเงินออนไลน์ applied to all income streams (such as golf, tennis, and other sports). The equation is simple and straightforward.
Best Casino Games at Harrah's New Orleans - MapYRO
BalasHapusHarrah's New Orleans offers 당진 출장샵 over 300 남양주 출장마사지 of the most 사천 출장안마 exhilarating casino floor experience on the East Coast. This is the 김천 출장마사지 second 경상남도 출장안마 casino to offer casino